Berita
Jalan KH. Ahmad Dahlan Nomor 39 Semarang
(024) 8413482

Peserta sebanyak 80 orang, dan 47 orang mengalami gangguan penglihatan. Screning dilakukan dengan optotype snellen Peserta juga melakukan  konsultasi  dengan dr. Anies Safrina dari BKIM Provinsi Jawa Tengah. Semoga upaya pelayanan kesehatan indera langsung ke masyarakat ini memberikan dampak yang positif  untuk kota semarang.

Isi kegiatan ini adalah penyuluhan kegiatan deteksi dini keluhan refraksi, pemeriksaan atau screening untuk peserta, penyuluhan pentingnya menjaga kesehatan mata, tes hitung jari dan pemahaman metode 20-20-20.

  • Tes hitung jari adalah untuk mengetahui indikasi kondisi mata normal. Jika salah satu atau sebagian tidak berfungsi dengan baik, maka akan mengganggu produktivitas karena penglihatan yang kurang normal.
  1. Atur jarak pasien dengan pemeriksa. Pasien dapat mengatur jarak dengan pemeriksa sejauh 1 meter, tujuannya dapat menguji kekuatan mata kita melihat dengan jarak yang cukup jauh, jarak pemeriksa dapat dilakukan secara berkala dari jarak 1 meter hingga 6 meter.
  2. Tutup salah satu mata dengan telapak tangan. Menutup sebagian mata menggunakan telapak tangan untuk melihat kekuatan salah satu mata pasien, dengan begitu pasien dan pemeriksa dapat lebih intens melihat kondisi mata yang diperiksa, lakukan hal ini pada mata setelahnya secara bergantian.
  3. Lakukan tes jari secara acak. Pemeriksa mulai mengeluarkan angka jari secara acak sebanyak 3 kali untuk memastikannya dan pasien dapat menyebutkan angka yang diberikan oleh pemeriksa. 
  • Metode 20 20 20 adalah rekomendasi waktu dan cara mengistirahatkan mata yang bertujuan untuk menjaga kesehatan mata. Dengan menerapkan peraturan ini, setiap orang yang bekerja di depan perangkat digital dalam waktu lama diharapkan dapat terhindar dari computer vision syndrome (CVS) atau digital eye strain (DES).
  1. Istirahat 20 menit : Sebaiknya melakukan istirahat setiap 20 menit
  2. Lihat objek 20 kaki : Untuk melihat objek sejauh 20 kaki (6 meter)
  3. Selama 20 detik